U (Kim Jaejoong – Kim Seungmi)

4 februari 2070

Sinar matahari menyelinap masuk di antara celah-celah gorden kamar bernuansa putih itu. Seorang wanita berambut putih membuka dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Walaupun sudah tua, Kim Seungmi terbiasa bangun pagi. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan melihat ke arah jam di sebelah tempat tidurnya.

“tidak kelihatan..” gerutunya. Dengan pelan tangannya yang, walaupun sudah tidak sekuat dulu tetapi masih kokoh meraih kacamata dan memakainya.

07.32

Tanpa berkata apa-apa, seungmi berjalan menghampiri ruang pakaiannya dan pintu ruangan itu secara otomatis terbuka. Ia memutari ruangan itu selama beberapa saat sebelum akhirnya mengambil sebuah setelah jas dan rok yang membuatnya terlihat berwibawa.

“Mi Soo seharusnya sudah memanggilku untuk sarapan,” gumamnya. “tidak baik untuk melupakan sesuatu, gadis muda itu harus kuperingatkan.”

Sebagai alumni, hari ini ia diminta oleh kampusnya dulu untuk memberikan seminar. Dia sebenarnya belum menyiapkan apa-apa, karena ia sudah tahu benar tentang apa yang akan ia bicarakan nanti.

******

 

I’ll lose you

I’m telling you that I want you
I’m telling you that I love you
Are you listening to my heart for you?
It hurts just to look at you

Like this

Shyly, I hide my fluttering heart
And I met you again today
I worry that my heart will be noticed
So I turn around.

 

“Jaerin-ah! Sebelah sini!” seru seorang gadis berambut kemerahan.

“ya! aku sudah mencarimu kemana-mana!” balas gadis bernama jaerin itu.

Setelah mereka berdua terduduk kembali, Jaerin memandang podium dengan bingung. Ia melirik jam tangannya. Jam sembilan. Biasanya sang dosen sudah masuk dan pelajaran sudah dimulai, tetapi podium itu masih kosong dan mahasiswa yang lain masih saja ada yang berkeliaran disekitar ruangan, walaupun sebagian besar sudah duduk di tempat mereka masing-masing dan kelihatan sama bingungnya dengan dia.

“jaemi-ya..”

“ne?”

“dimana Si Ho kangsanim?”

“mwo? Tidakkah ada yang memberitahumu? Si Ho kangsanim tidak akan mengajar hari ini.”

Semua itu hanya menambah kebingungan jaerin. Tidak ada yang memberitahukannya bahwa Si Ho kangsanim tidak mengajar hari ini.

kalau saja aku tahu lebih awal, aku tidak akan repot-repot masuk hari ini,’ pikirnya.

“dan kamu tahu, hari ini kita tidak akan ada pelajaran! Hanya seorang alumni kampus ini yang akan memberikan seminar,” tambah jaemi.

“eo? Jinjja? Jadi siapa yang-“

Jaerin belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika auditorium tiba-tiba hening, suara-suara para murid seketika mereda. Tanpa mengetahui apa yang terjadi, jaerin menatap jaemi dengan tatapan aku-sama-sekali-tidak-tahu-apa-yang-terjadi yang dibalas jaemi dengan tatapan diam-dan-lihat-saja.

Seorang wanita tua berjalan dengan berwibawa ke tengah podium, hampir tidak memerdulikan tatapan bingung dan terkejut mahasiswa-mahasiswa lain.

“bukankah dia..?” kata seorang gadis berambut bob.

“Kim Seungmi! Seorang legenda hanyang university!” seru yang lain.

“DIA MASIH HIDUP?!” teriak seorang pria berambut hijau terang yang seperti baru saja terbangun beberapa saat yang lalu dan tidak mengetahui apa yang terjadi.

“ya!! Berisik!!” jawab temannya sambil menjitak kepalanya.

Seungmi yang sedari tadi mendengar komentar-komentar mereka hanya bisa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. Setelah ia sampai ke podium, ia memberikan keheningan yang dramatis, berdeham sebentar, lalu mulai berbicara.

“selamat siang semuanya, saya Kim Seungmi. Bertahun-tahun yang lalu, saya juga belajar disini, hanyang university. Mungkin kalian merasa bahwa lulus kuliah itu menyenangkan, benar?”

seluruh auditorium seketika bersahut membenarkan. Seungmi sudah mendapat perhatian mereka.

“tetapi salah satu kerugiannya adalah kamu menjadi tua dan orang-orang berambut hijau tukang tidur akan menganggapmu sudah mati,” katanya sambil mengerling ke arah si rambut hijau.

Langsung saja semua orang di bagian si rambut hijau segera menyahutinya.

“yaa! Aku tidak-“

“wooo! Yongguk idaman Seungmi agasshi!”

“junhong! Dasar kau-“

“sudah, sudah, “ kata Seungmi menenangkan. Para mahasiswa sudah menyukainya, ia benar-benar tahu cara mengendalikan massa.

“aku tidak akan menceramahi kalian dengan alegoritme tingkat lanjutan maupun pemograman bahasa mesin, tetapi aku hanya akan bercerita.” Katanya. Seungmi menutup matanya, menghela nafas, dan tersenyum.

“apakah…apakah kalian pernah jatuh cinta?”

******

  

Tidak ada yang menjawab. Bahkan, tidak ada yang bersuara sama sekali. Auditorium sekarang menjadi sangat sunyi. Mereka semua menunggu sang legenda untuk berbicara lagi.

Aku pernah jatuh cinta, satu kali.

Hanya satu kali.

Ketika aku masih seumur kalian, aku bertemu seseorang.

Dia…bisa dibilang sempurna.

Dari tatapan pertama,

Pelukan pertama, 

Ciuman pertama. 

Kita berdua tahu bahwa kita adalah untuk satu sama lain.

Kita berjanji bahwa kita tidak akan membiarkan satu sama lain sendirian. 

Sayangnya, ia melanggar janji itu. 

Tepat sebelum kita mengucapkan janji suci, ia pergi. Pergi untuk selamanya. 

Awalnya aku sendiri tidak mengerti, dan aku marah. 

Marah kepadanya, marah kepada semua orang, marah kepada dunia. 

Seolah-olah mereka sudah tidak peduli lagi kepadaku, membuatku bahagia hanya untuk melihatku menderita. 

Aku sudah mulai berpikir untuk menyelesaikan semua ini, tanganku sudah siap memegang pisau itu. 

Sampai telepon kamarku berbunyi. 

Pengacaranya.

Ia mulai membacakan surat terakhir yang ia tulis untukku.

Bukan surat wasiat, sebuah surat cinta.

Surat cinta terakhir darinya.

‘Seungmi-ya,

Maafkan aku.

Maafkan aku yang tidak bisa memelukmu dan melindungimu.

Maafkan aku yang tidak bisa menghapus air matamu ketika kau sedih

Maafkan aku yang tidak bisa menyambutmu ketika kamu pulang

Dan maafkan aku karena tidak pernah bisa berada di sisimu.

Aku mungkin sudah tiada, tetapi aku tidak pernah pergi. aku selalu berada disini, dan akan selalu berada disini, di sampingmu.

Terima kasih atas semuanya, seungmi,’

Seungmi tampak sedikit terguncang, ia menundukkan kepalanya, lalu mendongakkan kepalanya, tanda-tanda ia sedang menahan air matanya. Setelah beberapa saat, ia menyelesaikan kalimatnya.

aku mencintaimu, ingat itu.’

 

Para mahasiswa benar-benar tercengang. Jadi ini cerita sebenarnya. Mereka semua tahu siapa pria itu. Kim Jaejoong. Meninggal di dalam sebuah pengeboman, para petugas menemukannya berada di dalam pelukan seorang gadis berpakaian gaun pengantin yang indah, seolah-olah ia meninggal di dalam pelukan seorang malaikat. Setelah ia menghembuskan nafas terakhirnya, gadis itu menangis dan menangis dan tidak mau melepaskannya. Ia tidak ingin hal terakhir yang jaejoong lihat adalah kesedihannya.

Dengan diam Seungmi turun dari podium, membungkukkan badannya, lalu dengan pelan berjalan keluar auditorium, meninggalkan kampus itu untuk terakhir kalinya.

2 thoughts on “U (Kim Jaejoong – Kim Seungmi)

Leave a reply to cho ji young Cancel reply